- Mari Terus Belajar, Berinovasi, Berkreasi dan Berkarya -

Silabus Pendidikan Agama Buddha SMA/SMK - K 13

Riwayat Buddha Gotama (Bagian 8) - Perjalanan Terakhir Sang Buddha


Perjalanan Terakhir
Menjelang tengah hari, setelah mempersiapkan diri, membawa mangkuk dan jubah-Nya, Sang Bhagava berjalan menuju Vesali untuk mengumpulkan dana makanan. Saat itu adalah tahun 544 S.M, tiga bulan sebelum memasuki bulan Vesak tahun 543 S.M, beberapa bulan setelah Sariputta dan Moggallana, kedua Siswa Utama Sang Bhagava mencapai Nibbana Akhir (Parinibbana) di hari bulan purnama bulan Kattika.

Setelah makanan terkumpul dan disantap, dalam perjalanan pulang Sang Bhagava meminta Bhikkhu Ananda untuk mengambil sehelai tikar dan mengajaknya ke cetiya Capala. Setelah tiba di cetiya Capala, Sang Bhagava memberikan sebuah peringatan kepada Bhikkhu Ananda mengenai batas waktu kehidupan-Nya. Namun, saat itu Ananda tidak menyadari hal itu meskipun Sang Bhagava mengulanginya untuk ketiga kalinya.

Setelah mengulangi peringatan tersebut sebanyak tiga kali dan Bhikkhu Ananda tidak menanggapinya, Sang Bhagava mempersilahkan Bhikkhu Ananda untuk melakukan hal lain yang sepatutnya ia perbuat. Bhikkhu Ananda lalu bangkit dari tempat duduknya, memberi hormat kepada Sang Bhagava, dan mengundurkan diri dengan Sang Bhagava tetap di sebelah kanannya. Kemudian Bhikkhu Ananda duduk di bawah sebatang pohon pada jarak yang tidak jauh dari tempat tersebut.

Pada saat kesendirian-Nya itu, Sang Bhagava menetapkan bahwa Ia akan Parinibbana (kemangkatan mutlak) tiga bulan dari saat itu.

Kemudian, Sang Bhagava bersama dengan Bhikkhu Ananda menuju Balairung Puncak di Mahavana dan memintanya untuk memanggil semua bhikkhu yang berada di sekitar Vesali untuk berkumpul di aula pertemuan.

Setelah membabarkan mengenai Ketiga Puluh Tujuh Syarat Pencerahan (Bodhipakkhiyadhamma) kepada Sangha Bhikkhu, Sang Bhagava memberitahukan saat Parinibbana-Nya: “Dengarkanlah, para Bhikkhu, sekarang Saya nyatakan kepada kalian: semua hal yang terkondisi pasti akan hancur. Berjuanglah dengan penuh kesadaran! Wafatnya Tathagata tak lama lagi akan terjadi. Tiga bulan sejak saat ini, Tathagata akan mencapai Parinibbana.”

Inilah yang dikatakan Sang Bhagava. Setelah mengatakan hal ini, Sang Bhagava melantunkan syair berikut:

“Telah lanjut usia-Ku, hidup-Ku hanya tersisa sedikit. Aku akan berangkat meninggalkan kalian. Aku telah menjadikan diri-Ku sebagai pernaungan-Ku sendiri. Berusahalah dengan tekun dan dengan perhatian murni! Bersikap baik, O para Bhikkhu! Dengan pikiran yang terpusat penuh, jagalah batin kalian! Barang siapa berusaha dengan tekun dalam ajaran ini, akan meninggalkan lingkaran tumimbal lahir dan mencapai akhir segala derita.”

Di hari berikutnya, saat fajar, Sang Bhagava menata jubah-Nya; sambil membawa mangkuk dana dan jubah luar-Nya, Ia menuju Vesali untuk menerima dana makanan. Setelah menerima dana makanan dan bersantap, saat meninggalkan tempat itu Ia membalikkan badan dan menatap Vesali dengan tatapan sesosok gajah pengading suci. Lalu ia berkata kepada Bhikkhu Ananda, “Ananda, inilah terakhir kalinya Tathagata menatap Vesali. Mari, Ananda, mari kita pergi ke Bhandagama!”

Dengan diiringin sejumlah besar bhikkhu, Sang Bhagava menempuh perjalanan ke Bhandagama. Setelah tinggal di Bhandagama selama yang dikehendaki-Nya, Sang Bhagava menempuh perjalanan secara bertahap dengan sejumlah besar bhikkhu ke Hatthigama, Ambagama, Jambugama, dan kemudian ke Bhoganagara. Selagi di Bhoganagara, Sang Bhagava mengajarkan pada sekumpulan banyak bhikkhu mengenai Empat Narasumber Utama (Mahapadesa).

MAKANAN TERAKHIR SANG BHAGAVA
Kemudian, setelah Sang Bhagava tinggal di Bhoganagara, Ia melanjutkan perjalanan ke Pava dengan sekumpulan besar bhikkhu dan tinggal di hutam mangga milik Cunda, putra si pandai besi (kammaraputta).


Mendengar berita kedatangan Sang Bhagava di hutan mangganya, Cunda segera menghadap Sang Bhagava dan memberi sembah hormat pada-Nya. Sang Bhagava memberinya dorongan dengan pembabaran Dhamma serta membahagiakannya dalam latihan Dhamma. Setelah mendengarkan Dhamma, Cunda mengundang Sang Bhagava beserta Sangha bhikkhu untuk menerima persembahan dana makanan keesokan harinya. Sang Bhagava menyetujuinya dengan berdiam diri.

Keesokan harinya, Cunda mempersiapkan makanan yang mewah, termasuk masakan khusus yang disebut sukaramaddava (menurut Digha Nikaya Atthakatha, sukaramaddava atau daging babi lunak adalah daging seekor babi yang tidak terlalu muda atau terlalu tua, namun yang tidak dibunuh khusus untuk-Nya [pavattamamsa]; sebagian ahli menafsirkannya sebagai beras lunak yang ditanak dengan lima macam makanan olahan dari sapi; sementara sebagian ahli lainnya mengatakan bahwa makanan tersebut adalah makanan khusus yang dipersiapkan dengan ramuan tertentu yang lezat dan sangat bergizi yang disebut rasayana).

Ketika makanan dipersembahkan, Sang Bhagava meminta Cunda untuk menghidangkan sukaramaddava kepada diri-Nya semata, dan menghidangkan makanan lainnya bagi Sangha bhikkhu. Seusai makan, Sang Bhagava meminta Cunda untuk memendam sisa sukaramaddava itu di dalam lubang karena Ia tidak melihat siapa pun yang mampu mencernanya dengan baik. Namun, setelah makan, sejenis disentri akut menyerang Sang Bhagava, dan menyebabkan kucuran darah yang disertai rasa sakit yang amat menusuk. Sang Bhagava menahan rasa sakit ini tanpa mengeluh dan tetap berperhatian murni dengan pemahaman jernih. Dengan menahan sakit, Sang Bhagava berkata, “Mari, kita pergi ke Kusinara.”

PERJALANAN MENUJU KUSINARA
Dalam perjalanan ke Kusinara, Sang Bhagava merasa letih dan haus. Ia duduk di bawah sebatang pohon dan meminta Bhikkhu Ananda untuk mengambilkan air di aliran air di sekitar tempat itu. Namun beberapa kereta baru saja lewat sehingga aliran air tersebut menjadi keruh. Bhikkhu Ananda menyarankan Sang Bhagava, “Bhante, Sungai Kakuttha berada tidak jauh dari sini; air dingin di sungai itu jernih, menyegarkan, tidak kotor; tepian sungai itu bersih dan menyenangkan. Sang Bhagava bisa minum dan menyejukkan tungkai di sana.”


Untuk kedua kalinya, Sang Bhagava meminta dan menerima jawaban yang sama. Setelah yang ketiga kalinya, Bhikkhu Ananda menurut dan berkata, “Baiklah, Bhante.” Dan ketika Bhikkhu Ananda tiba di aliran air itu, berkat kekuatan Sang bhagava, ia mendapatkan aliran air yang dangkal itu menjadi jernih, murni, dan tidak kotor. Lalu ia mengambil air dan memasukkannya ke dalam mangkuk dananya. Kemudian ia kembali menghadap Sang Bhagava dan memberitahukan-Nya apa yang telah terjadi, seraya menambahkan: “Semoga Sang Bhagava bersedia minum air ini! Semoga Yang Mahasuci bersedia minum air ini!” Lalu, Sang Bhagava pun minum.

Setelah Sang Bhagava minum dan ketika masih duduk di kaki pohon itu, seorang pangeran Malla yang bernama Pukkusa – seorang siswa Alara Kalama yang sedang menempuh perjalanan dari Kusinara menuju Pava, melihat Sang Bhagava dan menghadap-Nya. Ia menceritakan pengalaman gurunya dalam meditasi. Kemudian Sang Bhagava menceritakan pengalaman-Nya kepada Pukkusa. Pukkusa sungguh terkesan dengan ketenangan Sang Bhagava, lalu ia mengambil pernaungan dalam Tiga permata sampai akhir hayatnya. Setelah itu, ia mempersembahkan sepasang jubah berwarna keemasan kepada Sang Bhagava. Akan tetapi, Sang Bhagava meminta Pukkusa untuk mempersembahkan sehelai jubah kepada-Nya dan sehelai lainnya kepada Bhikkhu Ananda.

Segera setelah Pukkusa pergi, Bhikkhu Ananda memakaikan pasangan jubah keemasan itu di tubuh Sang Bhagava. Ia terkejut karena warna cemerlang dari jubah keemasan itu pudar ketika dipakaikan pada tubuh Sang Bhagava. Melihat hal ini, Bhikkhu Ananda berseru terhadap apa yang dilihatnya. Untuk itu, Sang Bhagava menjelaskan bahwa ada dua peristiwa yang bisa menyebabkan warna alami dari kulit Tathagata menajdi sangat bersih dan bersinar, yaitu pada malam hari saat Ia mencapai Nibbana, dan pada malam Ia mencapai Parinibbana.

Sang Hagava lalu menyatakan bahwa pada waktu jaga malam terakhir hari itu jyga di antara kedua pohon sala kembar di hutan sala milik kaum Malla, di dekat Kusinara, Tathagata akan mencapai Parinibbana.

Kemudian, Sang Bhagava melanjutkan perjalanan ke Sungai Kakuttha, dan di sana Ia mandi untuk yang terakhir kalinya, dan meminum air sungai tersebut. Setelah itu, Ia menuju ke sebuah hutan mangga dan beristirahat sejenak di sana, dengan berbaring di sisi kanan-Nya laksana singa yang tengah tidur. Ia berbaring pada jubah luar yang telah disiapkan oleh Bhikkhu Cundaka.

Ketika beristirahat di sana, Sang Bhagava berkata kepada Bhikkhu Ananda agar menghalau rasa sesal yang muncul dalam diri Cunda, putra si pandai besi ketika ada orang yang menganggap bahwa ia adalah orang yang tidak beruntung karena Tathagata wafat setelah menyantap makanan terakhir-Nya yang ia siapkan. Rasa sesal Cunda perlu dihilangkan dengan mengatakan bahwa ia adalah seseorang yang mujur besar karena Tathagata wafat setelah menyantap makanan terakhir-Nya yang ia siapkan. Sang Bhagava juga menyatakan bahwa ada dua pemberian dana yang luar biasa, yaitu dana yang dimakan Tathagata tepat sebelum Ia mencapai Nibbana dan dana yang dimakan Tathagata tepat sebelum Ia mencapai Nibbana Akhir tanpa sisa (Parinibbana).

DI BAWAH POHON SALA KEMBAR
Setelah istirahat singat itu, Sang Bhagava melanjutkan perjalanan akhir-Nya dengan serombongan besar bhikkhu, Mereka menyeberangi Sungai Hirannavati dan menuju ke hutan sala milik kaum Malla di dekat Kushinara, tempat peristirahatan-Nya yang terakhir.
Saat tiba di sana, Sang Bhagava meminta Bhikkhu Ananda untuk meyiapkan dipan di antara dua pohon sala kembar itu, dengan bagian kepala dipan menghadap ke utara. Setelah siap, Sang Bhagava berbaring di sisi kanan-Nya dalam postur singa, dengan tungkai kaki yang satu tertumpu pada yang lainnya, berperhatian murni dan sangat sadar. Saat itu, banyak sekali bunga bermekaran di pohon sala kembar tersebut, meskipun saat itu belum musim bunga.

Pada kesempatan itu, Sang Bhagava memberikan petunjuk mengenai empat tempat yang layak diziarahi oleh umat yang penuh keyakinan dan yang akan menginspirasikan kebangkitan spiritual dalam diri mereka. Tempat-tempat itu meliputi:
1. Lumbini, tempat kelahiran Tathagata.
2. Buddha Gaya, tempat Tathagata mencapai Pencerahan Sempurna.
3. Taman Rusa di Isipatana dekat Baranasi (Benares), tempat Tathagata memutar roda Dhamma pertama kali.
4. Kushinara, tempat Tathagata mencapai Parinibbana, Pembebasan Akhir, terhentinya kelima gugus secara penuh.

Lalu Bhikkhu Ananda menanyakan berbagai hal di antaranya bagaimana sebaiknya para bhikkhu memperlakukan sisa-sisa tubuh Tathagata. Sang Bhagava menjawab, “Ananda, janganlah merepotkan diri dengan menghormati sisa-sisa tubuh Tathagata. Engkau harus berusaha untuk mencapai tujuan tinggi. Curahkanlah usahamu untuk mencapai Nibbana! Berlatihlah dengan gigih, tekun, dan tanpa lalai demi kebaikanmu sendiri. Ada kaum kesatria, kaum brahmana, dan perubah tangga yang bijaksana, yang memiliki keyakinan teguh terhadap Tathagata; mereka akan menghormati sisa-sisa tubuh Tathagata.”

Setelah tanya jawab tersebut, Bhikkhu Ananda merasa sedih bahwa hari itu juga Tathagata akan mencapai Parinibbana. Ia lalu masuk ke sebuah gubuk tempat tinggal, bersandar pada tiang pintu, dan berdiri sambil meratap. Menyadari bahwa Bhikkhu Ananda tidak berada di sisi-Nya, Sang Bhagava meminta seorang bhikkhu untuk memanggilnya menghadap, lalu Sang Bhagava menghibur Bhikkhu Ananda.


Sang Bhagava memuji Bhikkhu Ananda sebagai seseorang yang bijaksana dan piawai dalam mengatur waktu yang tepat bagi para bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, dan upasika untuk datang menjumpai Sang Bhagava. Sang Bhagava juga mengagumi Bhikkhu Ananda karena memiliki empat sifat yang sangat baik dan mengagumkan.

Setelah itu Sang Bhagava membabarkan Mahasudassana Sutta dan kemudian Ia meminta Bhikkhu Ananda untuk pergi ke Kusinara untuk mengumumkan kepada kaum Malla dari Kusinara bahwa Tathagata akan mencapai Nibbana Akhir pada waktu jaga malam yang ketiga. Mendengar pesan yang disampaikan oleh Bhikkhu Ananda, para pangeran Malla, dengan para putra, putri, menantu perempuan, serta para istri mereka merasa sangat sedih dan sangat terpukul oleh derita dan duka. Mereka menuju ke hutan sala itu untuk memberikan penghormatan yang terakhir pada Sang Bhagava.

Karya - karya Kang Widi

Semangat Berkreasi, Berinovasi dan Berkarya
Media Pembelajaran :
  1. Multimedia Pembelajaran Interaktif, PAB SD Kelas 5
  2. Multimedia Pembelajaran Interaktif PAUD "Disiplin dan Tertib Lalu Lintas"
  3. Multimedia Pembelajaran PAUD Animasi Bermain Warna
  4. Multimedia Evaluasi PAB Kelas 9 Semester 2
  5. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Kelas 4 SD, Tiga Istana Yang dilihat P. Sidharta
  6. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha SMP Kelas 9, Kalyana Mitta
  7. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Kelas XI SMA/SMK, Faktor disebut sebagai membunuh dan Akibat Membunuh
  8. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Kelas XI SMA/SMK, Faktor faktor di sebut Mencuri dan Akibat Mencuri
  9. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Kelas 4 SD, Empat Peristiwa Yang dilihat Pangeran Sidharta
  10. Video Pembelajaran PAB SMA/SMK Kelas XI Tentang Sila 5 Menghindari Minuman yang Memabukkan
  11. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Kelas V SD - Dana Materi
  12. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha - Tanya Dhamma
  13. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Kelas 2 Semester 1 "Keluarga Tersayang"
  14. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 8 Semester 1 "Dua Upasakha Utama Buddha"
  15. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 8 Semester 1 "Dua Upasikha Utama Buddha"
  16. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 7 Semester 2 "Kalyanamitta dan Akalyanamitta"
  17. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 8 Semester 1 "Masa Pembabaran Dhamma 1 dan 45"
  18. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 7 Semester 1 "Panca Dhamma"
  19. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti (Film Pendek) "Kalyana Mitta bagian 1.
  20. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha Kelas 7 Semester 1 (Film Pendek) "Kelompok Umat Buddha"
  21. Video Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha/Film Pendek "Belajar Gitar"
  22. to be continued...

Video Clip :
  1. Lagu Hati Baru Demi Indonesia, Vocalis Rizki Nataliyani
  2. Lagu Tak Bisa Memiliki, Vocalis Novita Dian Astuti
  3. Lagu Tak Berdaya,  Vocalis Kang Widi
  4. Lagu Terimakasih,  Vocalis Rizki Nataliyani
  5. Lagu Untukmu Ibu,  VocalisRizki Nataliyani
  6. Lagu Sebuah Lagu Untukmu,  Vocalis Kang Widi
  7. Lipsync Lagu Coba Mengerti, Talent ; Ika Fitriyani
  8. Lagu Kami Memuja,  Vocalis Novita Dian Astuti
  9. Lagu Hadirkan Cinta, Vocalis Titin Nirwanti
  10. Lagu Lebih Dari Apapun, Vocalis Septian St
  11. Lagu Selalu Rindu, Vocalis Kang Widi
  12. Lagu Jika Kau Harus Pergi, Vocalis Kang Widi, Lagu Persembahan untuk Bapak Sayit Aryaputra, S.Ag, SH,MH 
  13. Lagu Untuk Bapak Sayit Aryaputra,S.Ag, SH,MH
  14. Lagu Jika Kau Harus Pergi, Penyanyi Kang Widi, Lagu Persembahan untuk Bapak Drs. Langgeng Budiarso, M.Si
  15. Lagu Untuk Bapak Drs. Langgeng Budiarso, M.Si
  16. Lagu Harusnya Memilih Aku, Vokalis Kristiyanti
  17. Lagu Bunda, Vocalis Ifa Ratnawati
  18. Lipsync Lagu Hari Bersamanya, Talent Aditya Putra, Mudrikah dan Puji Lestari
  19. Lipsync Lagu And I Hope, Talent Gary Wibowo dan Prasmia Paramita
  20. Lipsync Lagu Tak Pernah Ternilai, Talent Ari Yulianto dan Mudrikah
  21. Lagu "Sebuah Lagu Untukmu", Vocalis Yogi Alfian
  22. Lagu Rasa Ini, Vocalis Rovy
  23. Lagu Nyanyian Rindu, Vocalis Rizki Nataliani
  24. Lagu Butiran Debu, Vocalis Sara Mulweni
  25. Lagu Kejora, Vocalis Mita Dian Saputri
  26. Lagu Anak-anak Indahnya Pagi, Vocalis Rizki Nataliyani
  27. Lagu Kerja Keras Guru, Vocal Kang Widi
  28. Lagu Kanggo Riko, Vocal Kang Widi
  29. Lagu Campursari Cinta Tak Terpisahkan, Vocal Kang Widi feat Dyani
  30. Lagu Buddhis Kathina, Vocal Retno
  31. Lagu Buddhis Pekik Kemenangan, Vocal Kang Widi
  32. Lagu Dangdut Tanpa Kamu, Vocal Kang Widi
  33. Lagu Dangdut Kehilangan, Vocal Kang Widi
  34. Lagu Jepang Mirai E, Vocal Mita Dian Saputri
  35. Lagu POP Mama Aku Ingin Pulang, Vocal Lidiyani Isrofah
  36. Lagu POP Bintang dan Purnama, Vocal Kang Widi
  37. to be continued...
Video Lainnya :
  1. Video Profile ESAM Training Kendal
  2. Video Dokumentasi Pilkades Desa Congkrang 2013
  3. Video Selamat Ulang Tahun
  4. Video Dangdut Live New Happy-ta Musik - Angge-angge orong-orong
  5. Vlog Kang Widi - Kota Batu Jawa Timur Part 1
  6. Film Pendek Smanca Story
  7. Film Pendek Peduli Bukan Bully
  8. Film Pendek - Ternyata
  9. Film Pendek - Nyontek
  10. Film Pendek - Bully
  11. Film Dokumenter Potensi Wisata - Posong
  12. Film Dokumenter Potensi Wisata - Curug Guwung
  13. Film Dokumenter Potensi Wisata - Curug Surodipo
  14. Video Reportase Galang Candi - Lomba Penggalang se Kab. Temanggung Part 1
  15. Video Reportase Galang Candi - Lomba Penggalang se Kab. Temanggung Part 2
  16. Video Reportase Galang Candi - Lomba Penggalang se Kab. Temanggung Part 3
  17. Video Reportase Galang Candi - Lomba Penggalang se Kab. Temanggung Part 4
  18. Video Reportase Galang Candi - Lomba Penggalang se Kab. Temanggung Part 5
  19. to be continued...


#video #videoclip #videopembelajaran #pendidikanagamabuddha #pab #film #filmpendek #filmdokumenter #lipsync #kangwidi #sbckendal #sagusavi #IGI

Riwayat Buddha Gotama (Bagian 7) - Empat Puluh Lima Tahun Membabarkan Dhamma


Menaklukkan Ular Berbisa Di Gua Petapa Uruvela Kassapa
45 Tahun Membabarkan Dhamma
Setelah Sang Bhagava mengutus keenam puluh siswaNya, Beliau sendiri tetap melanjutkan pembabaran Dhamma tanpa kenal lelah selama empat puluh lima tahun. Selama dua puluh tahun pertama masa pembabaran Dhamma ini, Sang Bhagava melewatkan masa berdiam musim hujan di berbagai tempat. Namun, selama dua puluh lima tahun terakhir, Ia melewatkan sebagian besar masa berdiam-Nya di Savatthi. Berikut adalah kronologi pembabaran Dhamma oleh Buddha selama empat puluh lima tahun.
Pentahbisan Uruvela Kassapa
Tahun Pertama (588 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Migadaya (Taman Rusa), Isipatana, di dekat Baranasi.
 
Nandi Dan Gaya Kassapa Melihat Perlengkapan Petapa Yang Mengapung Di Sungai
Peristiwa utama:
Buddha membabarkan sutta pertama Dhammacakkappavattana Sutta, Anattalakkhana Sutta, dan Adittapariyaya Sutta; mengalihyakinkan kelima petapa (Pancavaggiya); mendirikan Persamuhan (Sangha) Bhikkhu dan Tiga Pernaungan (Tisarana); mengalihyakinkan Yasa dan kelima puluh empat sahabatnya; mengutus para misionari pertama; mengalihyakinkan ketiga puluh pangeran Bhaddavaggiya mengalihyakinkan ketiga Kassapa bersaudara beserta seribu orang pengikut mereka.

Tahun Kedua Sampai Keempat (587 - 585 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Veluvanarama (Vihara Hutan Bambu), di dekat Rajagaha.

Bertemu kembali dengan Raja Bimbisara
Peristiwa utama:
Buddha memenuhi janji kepada Raja Bimbisara; menerima Vihara Veluvana sebagai pemberian dana; menyabdakan Ovada Patimokkha; menunjuk Sariputta dan Moggallana sebagai siswa bhikkhu utama (agga savaka); mengunjungi Kapilavatthu; mempertunjukkan mukjizat ganda (yamaka patihariya); menahbiskan Pangeran Rahula dan Pangeran Nanda; mengukuhkan Raja Suddhodana, Ratu Mahapajapati Gotami, serta Yasodhara ke dalam arus kesucian; menahbiskan keenam pangeran Sakya; bertemu dengan Anathapindika; menerima Vihara Jetavana sebagai pemberian dana; bertemu dengan Raja Pasenadi dari Kosala, mendamaikan sengketa antara suku Sakya dan Koliya; membabarkan Mahasamaya Sutta.
 
Raja Suddhodana Mengundang Sang Buddha
Tahun Kelima (584 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Kutagarasala (Balairung Puncak), Mahavana, di dekat Vesali.

Peristiwa utama:
Wafatnya Raja Suddhodana; Sang Bhagava mengizinkan Ratu Mahapajapati Gotami bersama kelima ratus putri untuk menjadi bhikkhuni; mendirikan Sangha Bhikkhuni; membabarkan Dakkhinavibanga Sutta.
 Putri Yasodhara Bersujud pada Buddha
Tahun Keenam (583 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Mankulapabbata (Bukit Mankula), di dekat Kosambi.

Peristiwa utama:
Ratu Khema menjadi bhikkhuni dan kemudian ditunjuk sebagai salah satu dari kedua siswi bhikkhuni utama dengan Uppalavanna; Sang Bhagava melarang mempertunjukkan mukjizat demi keuntungan pribadi dan harga diri mereka sendiri; melakukan mukjizat ganda.

Tahun Ketujuh (582 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Surga Tavatimsa.

Peristiwa utama:
Buddha melakukan mukjizat; membabarkan Abhidhamma di Surga Tavatimsa; Sang Bhagava difitnah oleh Cincamanavika.

Tahun Kedelapan (581 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Bhesakalavana (Hutan Bhesakala), di dekat Surmsumaragiri, Distrik Bhagga.

Peristiwa utama:
Pangeran Bodhirajakumara mengundang Sang Bhagava ke Kokanada, istana barunya, untuk menerima dana makanan; Sang Bhagava membabarkan Punnovada Sutta; Punna mengunjungi Sunaparanta.

Tahun Kesembilan (580 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Ghositarãma (Wihar2 Ghosita), Kosambi.

Peristiwa utama:
Magandiya membalas dendam; sengketa para bhikkhu di Kosambi.

Tahun kesepuluh (579 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Hutan Rakkhita, di dekat Desa Parileyyaka.

Peristiwa utama:
Karena terjadi sengketa yang berkepanjangan di antara para bhikkhu di Kosambi, Sang Bhagava akhirnya menyendiri di Hutan Rakkhita, di dekat Desa Parileyyaka, ditemani oleh gajah Parileyyaka. Pada penghujung kediaman musim hujan tersebut Ananda, atas nama para warga Savatthi, mengundang Sang Bhagava untuk kembali ke Savatthi. Para bhikkhu Kosambi yang bersengketa tersebut kemudian memohon maaf kepada Sang Bhagava dan kemudian menyelesaikan sengketa mereka.

Tahun Kesebelas (578 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Dakkhinagiri, desa tempat tinggal Brahmin Ekanala.

Peristiwa utama:
Buddha mengalihyakinkan Brahmin Kasi Bharadvaja; menuju ke Kammasadamma di Negeri Kuru serta membabarkan Mahasatipatthana Sutta dan Mahanidana Sutta.

Tahun Kedua Belas (577 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Veranja.

Peristiwa utama:
Sang Bhagava memenuhi undangan seorang brahmin di Veranja untuk melewatkan kediaman musim hujan sana. Sayangnya, waktu itu terjadi bencana kelaparan di sana. Akibatnya, Sang Bhagava dan para siswa-Nya hanya memperoleh makanan mentah yang biasanya diberikan kepada kuda yang dipersembahkan oleh sekelompok pedagang kuda.

Tahun Ketiga Belas (576 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Caliyapabbata (Batu Cadas Caliya).

Peristiwa utama:
Setelah melewati kediaman musim hujan, Sang Bhagava menuju ke Bhaddiya untuk mengalihyakinkan sang hartawan Mendaka beserta istrinya yaitu Candapaduma, putranya yaitu Dhananjaya, menantunya yaitu Sumanadevi, pembantunya yaitu Punna, serta Visakha – cucu putrinya yang berumur tujuh tahun; mengalihyakinkan Siha, seorang panglima di Vesali yang sekaligus merupakan pengikut Nigantha Nataputta; membabarkan Maha Rahulovada Sutta.

 Putri Yasodhara bersama Pangeran Rahula
Tahun Keempat Belas (575 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Jetavana, Savatthi.
Pangeran Rahula Meminta Warisannya
Peristiwa utama:
Rahula, putra dari Pangeran Siddhattha yang kini menjadi Buddha, menerima penahbisan lanjut; Sang Bhagava membabarkan Cula Rahulovada Sutta, Vammika Sutta, dan Suciloma Sutta.

Tahun Kelima Belas (574 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Nigrodharama Nigrodha (Taman Nigrodha), Kapilavatthu.

Peristiwa utama:
Wafatnya Raja Suppabuddha, ayah-mertua Pangeran Siddhattha (Sang Buddha).

Tahun Keenam Belas (573 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Kota Alavi.

Peristiwa utama:
Sang Bhagava mengalihyakinkan Yaksa Alavaka.

Tahun Ketujuh Belas (572 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Veluvanarama, Kalandakanivapa (suaka alam tempat memberi makan tupai hitam), di dekat Rajagaha.

Peristiwa utama:
Buddha membabarkan Singalovada Sutta kepada perumah tangga muda Singalaka.

Tahun Kedelapan Belas Sampai Kesembilan Belas (571 - 570 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Caliyapabbata (Batu Cadas Caliya).

Peristiwa utama:
Sang Bhagava memberikan khotbah kepada seorang gadis penenun beserta ayahnya; Sang Bhagava mengalihyakinkan Kukkutamitta, sang pemburu dan keluarganya.

Tahun Kedua Puluh (569 S.M)
Tempat kediaman musint hujan:
Veluvanarama, di dekat Rajagaha.

Peristiwa utama:
Buddha menetapkan aturan-aturan Parajika; menunjuk Ananda sebagai pengiring tetap; pertemuan pertama dengan Jivaka; mengalihyakinkan Angulimala; Sang Bhagava dituduh atas pembunuhan Sundari; meluruskan pandangan salah Brahma Baka; menundukkan Nandopananda.

Tahun Kedua Puluh Satu Sampai Keempat Puluh Empat (568-545 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Jetavana dan Vihan Pubbarama, Savatthi.


Anathapindika Menutupi Taman Jeta Dengan Koin Emas
Peristiwa utama:
Kisah mengenai Raja Pukkusati; Sang Bhagava membabarkan Ambattha Sutta; penyerahan Vihara Pubbarama sebagai dana; wafatnya Raja Bimbisara; Bhikkhu Devadatta berusaha membunuh Sang Bhagava; menjinakkan Gajah Nalagiri; Bhikkhu Devadatta menciptakan perpecahan di dalam Sangha; meninggalnya Bhikkhu Devadatta; mengalihyakinkan Raja Ajatasattu; wafatnya Raja Pasenadi dari Kosala; membabarkan Sakka Pañha Sutta.

Tahun Keempat Puluh Lima (543 S.M)
Tempat kediaman musim hujan:
Beluvagamaka, di dekat Vesa1i.

Peristiwa utama:
Buddha mengalihyakinkan Upali, siswa utama Nigantha Nataputta; membabarkan ketujuh kondisi kesejahteraan bagi para penguasa dunia dan para bhikkhu; menyampaikan ceramah Cermin Dhamma; menerima hutan mangga dan Ambapali sebagai persembahan dana; wafatnya Sariputta dan Moggallana; membabarkan Empat Narasumber Utama (Mahapadesa); menyantap sukaramaddava; menerima petapa kelana Subhadda sebagai siswa terakhir; Sang Bhagava mencapai Mahaparinibbana.


KEGIATAN SEHARI-HARI SANG BHAGAVA
Selama empat puluh lima tahun Sang Bhagava membabarkan Dhamma dengan semangat. Dan setiap hari Ia melakukan kegiatan rutin-Nya tanpa mengenal jenuh.

Kegiatan harian yang dilakukan Sang Bhagava bisa dibagi ke dalam lima sesi, yaitu: (1) kegiatan pagi (purebhatta kicca), (2) kegiatan siang (pacchabhatta kicca), (3) kegiatan waktu jaga pertama malam (purimayama kicca), (4) kegiatan waktu jaga pertengahan malam (majjhimayama kicca), dan (5) kegiatan waktu jaga terakhir malam (pacchimayama kicca).

Kegiatan Pagi (sekitar pukul 06.00 – 12.00)
Sang Bhagava bangun pukul 04.00, kemudian setelah mandi Ia bermeditasi selama satu jam. Setelah itu pada pukul 05.00, Beliau memindai dunia dengan Mata Buddha-Nya untuk melihat siapa yang bisa Ia bantu. Pukul 06.00, Sang Bhagava menata jubah bawah, mengencangkan ikat pinggang, mengenakan jubah atas, membawa mangkuk dana-Nya, lalu pergi menuju ke desa terdekat untuk menerima dana makanan. Terkadang Sang Bhagava melakukan perjalanan untuk menuntun beberapa orang ke jalan yang benar dengan kebijaksanaan-Nya. Setelah menyelesaikan makan sebelum tengah hari, Sang Bhagava akan membabarkan khotbah singkat; Ia akan mengukuhkan sebagian pendengar dalam Tiga Pernaungan. Kadang Ia memberikan penahbisan bagi mereka yang ingin memasuki Persamuhan.

Kegiatan Siang (sekitar pukul 12.00 – 18.00)
Pada waktu ini, biasanya digunakan oleh Sang Bhagava untuk memberikan petunjuk kepada para bhikkhu dan untuk menjawab pertanyaan dari para bhikkhu. Setelah itu Sang Bhagava akan kembali ke bilik-Nya untuk beristirahat dan memindai seisi dunia untuk melihat siapa yang memerlukan pertolongan-Nya. Lalu, menjelang senja, Sang Bhagava menerima para penduduk kota dan desa setempat di aula pembabaran serta membabarkan khotbah kepada mereka. Saat Sang Bhagava membabarkan Dhamma, masing-masing pendengar, walaupun memiliki perangai yang berlainan, berpikir bahwa khotbah Sang Bhagava ditujukan secara khusus kepada dirinya. Demikianlah cara Sang Bhagava membabarkan Dhamma, yang sesuai dengan waktu dan keadaannya. Ajaran luhur dari Sang Bhagava terasa menarik, baik bagi khalayak ramai maupun kaum cendekia.

Kegiatan Waktu Jaga Pertama Malam (sekitar pukul 18.00 – 22.00)
Setelah para umat awam pulang, Sang Bhagava bangkit dari duduk-Nya pergi mandi. Setelah mandi, Sang Bhagava mengenakan jubah-Nya dengan baik dan berdiam sejenak seorang diri di bilik-Nya. Sementara itu, para bhikkhu akan datang dari tempat berdiamnya masing-masing dan berkmpul untuk memberikan penghormatan kepada Sang Bhagava. Kali ini, para bhikkhu bebas mendekati Sang Bhagava untuk menghilangkan keraguan mereka, ntuk meminta nasihat-Nya mengenai kepelikan Dhamma, untuk mendapatkan objek meditasi yang sesuai, dan untuk mendengarkan ajaran-Nya.

Kegiatan Waktu Jaga Pertengahan Malam (sekitar pukul 22.00 – 02.00)
Rentang waktu ini disediakan khusus bagi para makhluk surgawi seperti para dewa dan brahma dari sepuluh ribu tata dunia. Mereka mendekati Sang Bhagava untuk bertanya mengenai Dhamma yang selama ini tengah mereka pikirkan. Sang Bhagava melewatkan tengah malam itu sepenuhnya untuk menyelesaikan semua masalah dan kebingungan mereka.

Kegiatan Waktu Jaga Terakhir Malam (sekitar pukul 02.00 – 06.00)
Rentang waktu ini dipergunakan sepenuhnya untuk Sang Bhagava sendiri. Pukul 02.00 sampai 03.00, Sang Bhagava berjalan-jalan untk mengurangi penat tubuh-Nya yang menjadi kaku karena duduk sejak fajar. Pukul 03.00 sampai 04.00, dengan perhatian murni, Ia tidur di sisi kanan-Nya di dalam Bilik Harum-Nya. Pada pukul 04.00 sampai 05.00, Sang Bhagava bangkit dari tidur, duduk bersilang kaki dan bermeditasi menikmati Nibbana.

Video Profile Kang Widi

Workshop/Seminar Bersertifikat Resmi

Workshop/Seminar Bersertifikat Resmi
Yang membutuhkan ilmu dan bersertifikat, bisa borkolaborasi dengan Kang Widi, Agen Penguatan Karakter PUSPEKA Kemdikbudristek RI. Klik pada gambar untuk isi form usulan kegiatan. Kegiatan bisa daring maupun luring

Subscribe Media Belajar Temanggung

Subscribe Channel SBC Kendal


Sosok Inspiratif Cerdas Berkarakter Tahun 2022

Sosok Inspiratif Cerdas Berkarakter Tahun 2022

Bersama Bupati Kendal dan Kepala Disdik Kab. Kendal

Bersama Bupati Kendal dan Kepala Disdik Kab. Kendal
Menerima Apresiasi atas Prestasi sebagai TOP 6 ASN Inspiratif tahun 2021

52 Terbaik PNS Inspiratif 2018

Menerima Anugerah Bupati Kendal Award 2018

Menerima Anugerah Bupati Kendal Award 2018
Bersama Bupati Kendal Ibu dr. Mirna Annisa, M.Si. Menerima Anugerah Bupati Kendal Award 2018 Kategori Pegiat Pendidikan
Instagram

Translate

Popular Post

Cara merekam dan mengedit vocal pada Adobe Audition CS-6 Bagian 1

Gambar 1: Halaman Awal Aplikasi Adobe Audition CS-6 S alam Kreatif dan Inovatif, Para pembaca sekalian yang berbahagia, pada k...

Popular Posts